Google Chrome

Siapa sih yang tidak kenal sama 2 bersaudara Sergey dan Page? Dua orang top pendiri Google Inc yang sukses dengan aplikasi Googlenya yang kini hampir tiap menit digunakan berjuta-juta orang di seluruh dunia. Keduanya sekali lagi kembali meluncurkan browsernya sendiri, yang dirilis tepat pada tanggal 2 September kemarin, dengan nama Google Chrome, sebuah web browser baru yang dilengkapi dengan desain praktis namun cantik. Bisa dilihat bahwa kita nyaris tidak bisa melihat tombol atau gambar apapun yang tersebar sembarangan di interface / antarmuka-nya yang berwarna biru langit tersebut. Google Chrome tidak menggunakan title bar standar dari Windows. Google mendesain title bar sendiri yang menyatu dengan tab, dengan tombol minimize, maximize dan close yang mirip Windows Vista. Tidak seperti semua tabbed browser meletakkan tab-nya di bawah toolbars, Chrome justru meletakkannya di atas, di bar teratas tempat dimana kita biasanya melihat title sebuah page. Chrome memang tidak dilengkapi dengan menu bar tapi hanya tab dan address bar saja sehingga makin mengesankan tampilan ruang browser yang kian luas.
Segi praktis dari browser ini dapat kita lihat dari tampilan halaman muka Chrome yang menampilkan thumbnail situs-situs yang sering disinggahi. Serupa dengan Opera, namun tak sama, begitu kalo kita bisa bilang. Hal ini mengingat dengan Chrome kita tidak perlu lagi menggunakan dua form untuk dua address bar serepot seperti pada Firefox dan Opera.
Memang, Google Inc. menciptakan Chrome dengan lebih menekankan agar user dapat mengakses Web dengan cepat, aman, dan mudah dalam menangani video, program web lain, loading kode JavaScript, teks, maupun grafik. Dia menjadi web browser yang menampilkan content secara dinamis dan interaktif di web seperti ketika orang menggunakan televisi, radio, dan koran.
Sebagai salah satu user, saya melihat beberapa kelebihan Google Chrome, dimana dia memudahkan user mengetahui halaman web mana yang mengkonsumsi power paling banyak. Jika Firefox 3 menghabiskan 95% waktu CPU saat memainkan video YouTube dengan Windows XP, lain hal dengan Chrome yang menggunakan 60% power CPU. Meski sebenarnya masih terkategori boros energi, namun tidak sebesar Firefox3.
Secara default pun, Google Chrome ternyata mendukung Bahasa Indonesia. Tidak hanya Bahasa Indonesia, tapi ternyata dia mampu mendukung berbagai macam bahasa. Sangat menarik untuk sebuah web browser versi Beta yang baru saja pertama kali dirilis.
Intinya, Google berusaha membuat tampilan yang “minimalis”, namun tetap menarik dan elegan. Sama seperti filosofi Google yang dulu awalnya muncul dengan search engine nya, yaitu bersih dan cepat. Chrome memang Google banget!
Google Chrome ini dalam kenyataannya memang berambisi menjadi pesaing Microsoft, dengan browsernya Internet Explorer. Namun, meski unggul dari segi penampilan, dia masih belum dibarengi dengan kelengkapan fungsi yang memadai. Beberapa situs tidak bisa dibuka karena tidak mengenali web browser Chrome yang masih baru. Belum lagi halaman post pada Wordpress hanya bisa digunakan dalam mode HTML, tidak bisa dalam mode visual. Para pengguna yang terbiasa menggunakan Linux pun untuk sementara hanya bisa menganggap browser ini sebagai browser impian saja karena versi Linux dari browser ini memang belum rilis. Ditambah dalam segi pemakaian memory, Google Chrome ini bisa dikatakan boros sekali. Apabila kita mencek di Windows Task Manager (WTM), dapat dilihat bahwa untuk setiap kali buka tab baru Chrome akan muncul pemakaian rata-rata memory 3,6mb - 33,4mb. Jumlah yang cukup menguras memory kita dibanding ketika kita menggunakakan Firefox yang hanya sekitar 4.5MB-14.MB. Maka tidak heran kalau proses Chrome cepat karena ditunjang dengan konsumsi ‘BBM’nya juga banyak.

0 komentar: